Posted by ۩۞۩ஜ Rihlah Jiwa ۩۞۩ஜ on Sunday, 4 January 2015
Nenek dan Bantal
Nur membuka tirai jendela. Tampak seorang nenek duduk di bawah pohon pinggir jalan depan rumahnya.
"Ah, nenek itu kok belum pergi juga ya?" guman Nur sambil melihat jam tangannya. Sudah dua jam nenek itu duduk di sana.
Nur kembali mondar-mandir di kamarnya. Bingung harus bagaimana. Ia tidak tega, tapi gimana lagi, uangnya benar-benar sudah menipis.
"Tal, bantal, gulinge Bu..." terdengar suara di luar, yah suara si nenek, penjual bantal.
Sudah hampir dua minggu nenek itu terus mendagangkan bantal di depan rumahnya. Berawal ketika Nur pulang kuliah, seorang nenek menggendong bantal menawarinya untuk membeli bantal. Karena memang ia sedang tidak membutuhkan bantal ia menolak. Tapi si nenek malah mengikutinya hingga ke rumah. Dengan memelas ia menawarkan lagi bantalnya.
”Mbak, tolong dibeli, satu saja gapapa, buat ongkos saya pulang,”
Akhirnya karena tak tega, Nur mau membeli bantal itu. Tapi besoknya ketika ia pulang di depan rumah nenek penjual bantal itu sudah menunggunya. Dan lagi-lagi karena memang dasarnya ia tak tegaan, ia membeli bantal si nenek itu lagi.
Seperti hari ini nenek itu datang lagi. Nur yang tidak ada kuliah hari hanya berdiam di rumah. Ia menatap kamarnya yang semakin sempit berkat sepuluh bantal yang ia beli dari si nenek, ia ingat nasihat temannya untuk sekali-kali menekan rasa kasihannya, karena ini bukan yang pertama terjadi. Dulu Nur pernah sakit perut gara-gara memborong rujak, kasihan karena yang jual kakek-kakek.
Sudah hampir maghrib, Nur membuka tirai jendela lagi, terlihat si nenek mulai menggendong bantalnya dan beranjak pergi. Nur bernafas lega, tapi kemudian muncul rasa penyesalan.
”Duh, jahat ngga ya diriku tidak membeli bantal nenek itu lagi, gimana kalau nenek itu bener-bener ngga punya uang buat pulang?”
Nur terlihat khawatir.
***
Terdengar ketukan pintu, Nur membukanya. Muncul seorang nenek dengan menggendong bantal.
”Ayo Nek masuk!” Nur mmepersilahkan nenek masuk.
”Ini ditaruh mana Mbak?”tanyanya
”Taruh di kamar belakang aja Nek,”jawab Nur
Nenek meletakkan bantal yang dibawanya ke kamar di samping bantal-bantal yang sudah dihias dengan berbagai foto.
”Ini uangnya Nek, minggu depan jangan lupa ya Nek pesanan saya,”
Nur menyerahkan lembaran uang kepada nenek.
”Makasih ya Mbak,”
Yah, akhirnya atas ide temennya ia berbisnis membuat bantal foto. Si nenek yang menyuplai bantalnya. Sedangkan ia yang mendesain cover bantal sesuai permintaan pembeli.